Karena Kita Semua “Istimewa”
Oleh : Mohammad Fachris, S.Pd.I
Manajemen Yayasan Imam Bukhori
Ikhwan akhwat yang dirahmati Allah ﷻ Subhanahu Wa Ta’ala, semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat wal‘afiyat ya. Hamdan syukron lillaah. Segala pujian dan ungkapan syukur semestinya tiada henti kita panjatkan kepada Allah ﷻ atas berbagai macam nikmat-Nya, yang bahkan nikmat-Nya tetap tercurah sekalipun kita menumpuk banyak dosa setiap harinya.
Allah ﷻ berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (Q.S. Ibrahim [14]: 7).
Allah ﷻ Maha Pengasih, Allah ﷻ Maha Penyayang. Dia-lah Dzat yang tak pernah pilih kasih dalam mengasihi hamba-Nya. Dia-lah Dzat yang curahan kasih sayangnya tak terbilang. Maha Baik Allah ﷻ atas segala karunia-Nya bagi seluruh makhluk di bumi maupun di langit. Sungguh, kita tak punya alasan untuk mengingkari kebaikan Allah ﷻ. Kita tak punya alasan untuk menyangsikan kasih sayang Allah ﷻ.
Ikhwan akhwat yang berbahagia, pernahkan ikhwan akhwat merasa sedih saat memandangi diri di depan cermin? Pernahkah ikhwan akhwat merasa tidak percaya diri karena berbeda dengan kebanyakan orang? Pernahkah ikhwan akhwat merasa kalah dari teman-teman yang memiliki banyak kelebihan? Kok tubuhku begini ya? Kok wajahku begini ya? Kok kulitku begini ya? Dan kok kok yang lainnya. Mungkin, perasaan dan pertanyaan seperti itu kerap kali muncul.
Tidak apa-apa, shalih shalihah, itu adalah suatu hal yang wajar. Manusiawi. Setiap manusia pasti pernah mengalami hal itu. Tapi… manusia yang hebat adalah manusia yang mampu bersyukur atas apapun pemberian Allah ﷻ dan berusaha menerima kekurangan itu menjadi suatu hal yang bernilai.
Ada sebuah kisah menarik tentang seorang akhwat yang terlahir dengan “keistimewaannya”. Akhwat tersebut tumbuh sebagaimana anak kecil pada umumnya. Hanya saja, dia memiliki “keistimewaan” pada hidung dan giginya, yang mana hidungnya tidak mancung dan giginya kurang rapi. Hal ini menjadi bahan ejekan oleh orang-orang di sekitarnya. Banyak ejekan yang ia terima saat ia bertemu dengan orang lain. Bahkan pernah ada yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki hidung dan gigi seperti itu akan sudah mendapatkan pekerjaan. Ejekan demi ejekan terus menggema di telinganya semasa ia remaja dan berlangsung selama beberapa tahun.
Tentu saja hal ini membuatnya bersedih, setiap kali melihat orang yang memiliki bentuk hidung dan gigi yang bagus, ia selalu berbisik dalam hati, “Wahh, bagus ya, kalau punya hidung dan gigi seperti itu”. Meskipun begitu, ia tidak pernah menyalahkan Allah ﷻ yang telah memberinya rizqi berupa bentuk hidung dan gigi yang “istimewa”. Ia terus berusaha membesarkan hatinya agar bisa ikhlas menerima apa yang sudah Allah ﷻ berikan.
Sampai akhirnya ia menemukan pesan cinta dari Allah ﷻ di QS. At Tiin ayat 4 yang berbunyi:
لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ
Artinya, “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Apa yang Allah ﷻ katakan? Bentuk yang sebaik-baiknya? Seketika hatinya menjadi tenang. Bagai pelangi setelah hujan. Ia tersenyum penuh syukur membaca pesan cinta Rabb-nya. Seperti dibisikkan oleh Allah ﷻ, “Wahai Hamba-Ku, jangan bersedih lagi ya. Apa yang ada pada dirimu adalah pemberian-Ku yang terbaik. Percayalah, Aku tahu yang terbaik untukmu”.
Sejak saat itu, ia semakin bisa menerima dan mensyukuri keadaannya. Justru muncul rasa kagum akan ciptaan Allah ﷻ tersebut. Ia jadi sering bercermin dan memandangi bentuk hidung dan giginya sambil tersenyum. “Maa syaa Allah ﷻ, Alhamdulillaah, inilah yang terbaik dari Allah ﷻ untukku”, begitulah gumamnya dalam hati.
Ikhwan akhwat, kita harus belajar memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, baik itu dari segi fisik ataupun kemampuan diri. Belajar dari kisah di atas, kita harus tetap mensyukuri apapun yang sudah Allah ﷻ takdirkan untuk kita dan harus mampu berbesar hati menerima kekurangan diri kita. Jika kita mampu menerima diri kita, maka hati kita akan tenang. Tidak ada lagi perasaan risau, cemas, tidak percaya diri, sedih, apalagi sampai marah dan menyalahkan Allah ﷻ.
Mungkin di mata manusia, kita memang kurang, tidak sempurna. Namun di hadapan Allah ﷻ , apa yang ada pada diri kita adalah yang terbaik untuk kita. Tugas kita adalah mensyukuri pemberian-Nya, merawat dan menjaga dengan sebaik-baiknya. Sambil terus berusaha untuk menjadi hamba yang terbaik dengan senantiasa taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Sebab, Allah ﷻ tidak menilai bagaimana rupa kita, tapi Allah ﷻ menilai bagaimana hati kita. Dari hati yang baik itulah akan terlahir kebaikan-kebaikan yang dapat mendatangkan keridhaan Allah ﷻ. Jadi, mulai sekarang ikhwan akhwat tidak boleh sedih atau minder lagi ya. Sebab, kita semua “istimewa” dengan versi masing-masing.
Semangat terus memperbaiki ibadah shalih shalihah. Semoga Allah ﷻ bimbing hati kita selalu ya… Aamiin
Baarakallaahu lii wa lakum.